Penanganan pertama saat cedera penting untuk mencegah cedera semakin parah. Untuk penanganan cedera seperti keseleo, terkilir atau nyeri, penanganan yang paling umum dilakukan adalah dengan mengompres dingin. Namun ada beberapa kesalahan saat mengompres dingin yang justru memperparah cedera. Apa saja?
Kesalahan penanganan cedera yang sering dilakukan
Saat mengalami cedera karena keseleo, kram atau kejang, pemberian kompres dingin cukup efektif untuk meredakan nyeri. Pemberian kompres dingin sesuai dengan metode RICE yang direkomendasikan para ahli untuk penanganan pertama pada cedera. Metode RICE meliputi :
- R untuk rest atau mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera
- I untuk ice atau memberi kompres dingin
- C untuk compression, yaitu membalut bagian yang cedera dengan perban untuk mengurangi pembengkakan dan perdarahan
- E untuk elevation, dimana bagian yang cedera diangkat lebih tinggi dari posisi jantung agar aliran darah berjalan lancar.
Meskipun mengompres dingin sudah termasuk pada metode RICE, namun pada pelaksanaannya masih banyak yang melakukan kesalahan saat mengompres dingin pada cedera. Dilansir dari Very Well Fit, beberapa kesalahan yang sering dilakukan saat penanganan cedera antara lain:
1. Mengompres dingin terlalu lama
Mengompres dingin memang memberi rasa nyaman pada kulit dan bagian tubuh yang cedera. Namun mengompres dingin terlalu lama dapat menyebabkan matinya jaringan yang dapat menyebabkan proses pemulihan semakin lama.
Waktu ideal untuk mengompres dingin setelah cedera adalah 10 menit setiap kali mengompres. Anda bisa mengompres setidaknya sehari 3 kali. Anda juga bisa memberi jeda minimal 10-30 menit setiap akan mengompres agar aliran yang dikompres tetap mendapat aliran darah.
2. Langsung meletakkan es ke permukaan kulit
Salah satu kesalahan yang paling sering dilakukan adalah meletakkan es langsung ke permukaan kulit. Meletakkan es batu langsung ke permukaan kulit dapat menghentikan sirkulasi darah di area yang cedera yang justru dapat menyebabkan gangguan pada jaringan otot. Untuk amannya, Anda bisa membalut es batu dengan handuk atau kain.
3. Tidak benar-benar mengistirahatkan bagian yang cedera
Mengompres dengan es dingin adalah salah satu metode penting dalam RICE, namun yang tak kalah penting adalah mengistirahatkan bagian yang cedera. Banyak orang yang tetap beraktivitas menggunakan bagian tubuh yang cedera. Padahal, kegaitan ini dapat memperlambat pemulihan dan memperparah cedera yang dirasakan. Sebaiknya, istirahatkan bagian yang cedera minimal 24-48 jam setelah cedera hingga benar-benar pulih baru kembali beraktivitas.
4. Tidak segera mencari penanganan lebih lanjut
Setelah mendapat penanganan berupa kompres dingin, umumnya orang akan merasa lebih lega karena nyeri sudah jauh berkurang. Namun pada beberapa kasus, cedera tetap perlu mendapat pemeriksaan dokter untuk mencegah komplikasi atau cedera yang semakin parah terutama jika cedera yang dialami melibatkan patah tulang atau luka terbuka.
Penanganan cedera dengan kompres dingin memang dapat mengurangi nyeri. Namun perlu diketahui bahwa setiap cedera tidak bisa disamakan antara satu cedera dengan yang lain. Untuk itu sebaiknya setelah memberi kompres dingin, lakukan pemeriksaan ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat. Anda juga perlu memeriksakan ke dokter apabila rasa nyeri tidak kunjung mereda dan bagian yang cedera semakin sulit digerakkan.
Writer: Ratih
Edited By: dr. Ayu Munawaroh
Last Updated: 22-Oct-2021
Sumber:
- Verywell Fit. How Long to Ice an Injury (2021). Available from: https://www.verywellfit.com/how-to-ice-an-injury-3119251.
- University of Michigan Health (Michigan Medicine). Rest, Ice, Compression, and Elevation. Available from: https://www.uofmhealth.org/health-library/tw4354spec.
- Healthline. Sports Injury Treatment (2017). Available from: https://www.healthline.com/health/sports-injuries/treatment.